Beritarahasia.com – Siapa Sajakah Yang Akan Berisiko Untuk Mengalami PMDD. Dengan gangguan disforik pramenstruasi (PMDD) adalah sebuah perpanjangan pada sindrom pramenstruasi (PMS) yang lebih parah, Hanya bahkan bisa lebih sangatlah mengganggu aktivitas dalam pengidapnya. Meskipun PMS dan PMDD biasa memiliki gejala fisik dan emosional, PMDD akan menyebabkan perubahan dengan suasana hati yang ekstrim yang akan dapat mengganggu pekerjaan dan merusak kualitas pada hubungan pengidapnya tersebut.
Siapa Sajakah Yang Akan Berisiko Untuk Mengalami PMDD
Gangguan dengan disforik dalam pramenstruasi tersebut juga akan dilaporkan bisa memengaruhi hingga 5 persen wanita usia yang subur. Wanita itu yang sudah mengalami pada gangguan dengan kesehatan mental juga seperti kecemasan atau depresi juga berisiko mengidap kondisi tersebut.
PMDD memiliki gejala yang mirip dan/atau komorbid dengan penyakit kejiwaan atau gangguan medis yang lain. Berikut merupakan daftar penyakit serta kondisi medis yang gejalanya mungkin tumpang tindih dengan gejala PMDD.
PMS

Sindrom pramenstruasi atau dikenal dengan istilah PMS adalah perubahan emosi yang disertai dengan gejala seperti pusing, perut terasa tidak nyaman, dan payudara terasa keras menjelang siklus menstruasi. Sekilas gejala PMS tampak mirip dengan PMDD, namun, ternyata ada perbedaan signifikan antar keduanya.
Merangkum WebMD, gejala seperti perilaku murung, cemas, dan rasa semangat untuk melakukan aktivitas terasa lebih berat pada mereka yang mengalami PMDD. Seseorang dengan PMDD akan merasakan kesedihan yang cukup dalam, putus asa, hingga mempunyai pemikiran untuk melakukan bunuh diri. Kemudian, mereka juga tidak menunjukkan gairah atau rasa semangat untuk melakukan aktivitas yang biasanya disukai.
Tiroid

Gangguan pada tiroid menyebabkan seseorang menjadi sulit tidur, depresi, merasakan nyeri atau kram otot, dan perubahan berat badan. Dapat dilihat bahwa gejala gangguan tiroid mirip dengan PMDD.
Dilansir Advanced Women’s Health Canada, dokter akan melakukan tes hormon tiroid seperti T3 dan T4, TSH, dan tes antibodi terhadap kelenjar tiroid untuk mendeteksi apakah terdapat kelainan di hormon tiroid. Metode pengobatan untuk pasien dengan gangguan tiroid berbeda dari pasien yang mengalami PMDD.
Gangguan bipolar

Dengan hal beberapa gejala pada PMDD dan gangguan bipolar tersebut akan juga bisa memiliki yang persamaan, Yang terutama di berbagai bagian siklus tersebut. Akan tetapi, seperti yang akan juga lebih dari juga yang sudah dijelaskan di berbagai poin sebelumnya, gejala PMDD dengan berkaitan dengan siklus menstruasi yang gejala muncul kurang lebih 1-2 minggu sebelum menstruasi dan berakhir di hari pertama atau beberapa hari setelah hari pertama menstruasi. Sementara itu, siklus mania-depresi pada gangguan bipolar tidak berkaitan dengan sistem kerja tubuh seperti ovulasi.
Laman International Association for Premenstrual Disorders (IAPD) menekankan akan pentingnya mencatat gejala yang dialami oleh tubuh yang berkaitan dengan perubahan suasana hati atau kondisi tubuh lainnya. Pada PMDD, gejala terjadi pada fase luteal, yaitu saat telur berjalan menuju tuba falopi. Fase luteal berakhir di menstruasi sehingga gejala tidak muncul hingga mendekati fase luteal berikutnya.
Depresi

Penyakit dalam kejiwaan lain yang gejalanya mirip dengan PMDD adalah depresi. Baik PMDD dan juga maupun depresi memiliki gejala, seperti tidak berenergi (kurang semangat), mudah murung, gangguan pada jam tidur dan nafsu makan, bahkan pikiran untuk melukai diri hingga bunuh diri.
Dikutip jurnal StatPearls tahun 2022, diagnosa PMDD mungkin mendahului diagnosa depresi serta dapat komorbid. Selain jurnal, dokter dapat menggunakan instrumen seperti Premenstrual Symptom Screening Tool (PSST) dan Visual Analogue Scale (VAS) untuk proses diagnosa.
Nah, itulah beberapa hal penyakit dengan gejala mirip premenstrual dysphoric disorder yang harus kalian ketahui. semoga bermanfaat, sekian dari mimi (Terima kasih)